Epilog: Hidup Selamanya (2)

 Di alam utopia ini, mengejar yang tak pasti bukanlah sesuatu yang janggal sekali. Setiap dari mereka punyai hala tuju yang tersendiri. Aneh sekali tingkah laku mereka. Ada yang dari mereka mahu kaya, ada pula yang mahu berkeluarga, ada yang mahu hidup meringkuk di penjara, ada pula sanggup gadaikan maruah diri demi kepuasan dunia. 

Aku? tak kutahu apa yang terbuku didalam hati.

Tak kupikir kemana hala harus aku pergi, dimana pundak harus aku sandari. Entahlah. Aku hanya mahu ikut kata hati. Aku hanya mahu yang terbaik untuk diri sendiri. Aku mahu namaku mekar wangi di pentas dunia ini.Tapi nyatanya, jauh panggang dari api. Harapan yang disusun kemas demi menuju ke puncak euphoria, perlahan-lahan, runtuh hancur semuanya.


Di ketika ini, aku cuba untuk hiburkan hati. Redup sang bayu meniup lembut sisir celahan rambutku. kepulan awan kelabu berarak gah dari barat menuju ke timur. Mencari ketenangan pada celahan arus hidup yang deras. Lalu, aku bermonolog pada diriku sendiri bahwa tiada di dunia yang sempurna.

Perlahan aku mengosongkan pikiranku. Aku tak bisa selalu mendapatkan tepukan tangan yang gemuruh. Lalu tanpa malu berkata pada diriku sendiri "aku merasakan suara hatiku, sehingga bisa terdengar dari lebih jauh, katanya ikutlah kata hatimu sendiri, kejarlah dan larilah menuju kebahagiaan."


*tersedar dari alam mimpi*


bersambung...



Ulasan

Catatan Popular